Bandung, LINDOnews– Dalam ajaran Islam, sikap husnudzan atau berbaik sangka memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa setiap Muslim dianjurkan untuk memiliki sikap ini, dan apa saja manfaat yang bisa diperoleh?
Secara bahasa, husnudzan berasal dari bahasa Arab, yaitu husnun yang berarti baik, dan adzzhonnu yang berarti prasangka. Dengan demikian, husnudzan dapat diartikan sebagai prasangka baik, yang merupakan lawan dari su’udzan atau prasangka buruk. Dalam konteks yang lebih luas, husnudzan adalah sikap berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 12:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menguatkan pentingnya husnudzan. Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, disebutkan bahwa Allah SWT berfirman:
“Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.”
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman:
“Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-Ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Muslim dan Bukhari)
Keutamaan dari sikap husnudzan sangatlah banyak. Salah satunya adalah menumbuhkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima berasal dari Allah SWT, sementara keburukan yang menimpa disebabkan oleh dosa dan kemaksiatan.
Husnudzan juga merupakan sikap mental terpuji terhadap sesama manusia yang harus diwujudkan melalui sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik, diridhai Allah SWT, dan bermanfaat. Sikap ini juga dapat mempererat hubungan antar tetangga dan membangun hubungan baik antara sesama Muslim.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan bahwa setiap mukmin itu bersaudara, seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Dengan demikian, husnudzan bukan hanya sekadar sikap mental, tetapi juga fondasi penting dalam membangun hubungan sosial yang harmonis dan meningkatkan kualitas keimanan seorang Muslim.